WASPADA ANCAMAN VIRUS H1N1 ...!
jaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar anda

Minggu, 22 Mei 2011

Harga Sapi Bali Jeblok Peternak Minta Larangan Antarpulau Dicabut

Amlapura (Bali Post) -Kebijakan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dituding para petani peternak sapi di Karangasem sebagai biang kerok jebloknya harga sapi Bali belakangan ini. Kebijakan Gubernur yang melarang penjualan atau mengantarpulaukan sapi Bali ke luar daerah, menyebabkan pasar sapi Bali hanya terbatas di Bali. Karena itu, peternak minta kebijakan yang melarang antarpulau sapi Bali dicabut.
Ketua Kelompok Tani Yoga Merta Banjar Batudawa Desa Tulamben, Karangasem, Ketut Winata Yana, yang ditemui di desanya Minggu (22/5) kemarin mengatakan, karena sapi Bali tak boleh dipasarkan ke luar Bali menyebabkan pemasaran sapi Bali sangat terbatas hanya berkisar di Bali. Akibatnya, antara suplai atau populasi sapi Bali dengan kebutuhan sangat timpang. Populasi sapi Bali jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan untuk dipotong.
Kebijakan Gubernur yang melarang penjualan sapi ke luar daerah, katanya, menyebabkan harga sapi anjlok dan hal itu sangat merugikan petani dan peternak sapi di Bali. Winata Yana mengatakan, seharusnya tak perlu ada kebijakan melarang menjual sapi Bali ke luar daerah bila Gubernur Bali sekadar khawatir populasi sapi Bali punah atau berkurang kalau dijual ke luar Bali. Menurutnya, sepanjang beternak sapi Bali menguntungkan dan masih ada lahan pertanian, petani di Bali pasti bakal terus-menerus beternak sapi Bali. "Semakin baik dan menguntungkan beternak sapi Bali, petani di Bali pasti berlomba-lomba beternak sapi Bali sebanyak-banyaknya. Sesungguhnya tak perlu takut populasi sapi Bali habis," tegasnya.

Winata Yana mengatakan, kebijakan Gubernur Bali itu sudah sangat merugikan petani yang umumnya miskin. Menurutnya, kebijakan Gubernur itu harus segera dicabut. Bila tidak, akan sangat merugikan petani dan peternak dan pada gilirannya dikhawatirkan justru bakal membuat sapi Bali akan punah karena tidak ada lagi petani yang mau memelihara sapi Bali. Sebab, selama ini petani di Bali mengandalkan hasil ternak sapi sebagai sumber keuntungan atau sumber penghasilan utama. Ternak sapi sebagai tabungan. Ketika petani perlu uang mendadak atau kepepet, biasanya ternak sapinya yang dijual.
Namun kini, imbuh Ketut Dian, seorang peternak di Desa Datah, harga sapi sangat murah dan tentunya merugikan petani. "Sapi yang hendak dijual harganya murah, bahkan tak ada yang mau membeli," ujar Dian.





Petani lain, Wayan Blo, di Datah mengatakan pihaknya hendak menjual godel (anak sapi) sudah berumur tujuh bulan, pembeli hanya mau menawar Rp 1,8 juta. Peternak lainnya, Luh Wi, di desa sama mengatakan sapi induk beserta anaknya sempat ditawar seorang saudagar Rp 3,5 juta, namun dibatalkan tanpa alasan jelas. "Kami mau menjual sapi karena kepepet uang untuk menyekolahkan anak-anak, malah tak mau dibeli saudagar. Kala pun ada yang mau membeli, harganya sangat murah dan kami rugi besar," keluh Gede Kolir, peternak sapi lainnya di Datah. (013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar