WASPADA ANCAMAN VIRUS H1N1 ...!
jaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar anda

Rabu, 01 Juni 2011

Adaptasi Nelayan Tradisional dengan Kapal Modern

Bergulirnya program bantuan kapal ikan ini ditanggapi beragam oleh praktisi perikanan tangkap. Sorotan tunjukkan terkait penyesuaian kemampuan nelayan tradisional untuk mengoperasikan kapal-kapal yang lebih modern.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) Eddy Yuwono, selama ini nelayan tradisional terbiasa menggunakan kapal ukuran di bawah 5 GT. “Sementara kapal yang dihibahkan ukurannya 20 sampai 40 GT, pasti akan mengalami kesulitan mengoperasikannya,” kata Eddy. Ia berharap, para nelayan juga diikutsertakan dalam program sosialisasi.
Setali tiga uang Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Herwindo mengatakan, 98 % nelayan Indonesia kecil-kecil kapalnya dan para nelayan tersebut belum tentu mau menggunakan kapal besar. Ia menjelaskan, budaya nelayan tradisional umumnya melaut hanya satu hari atau one day fishing.
Jika menggunakan kapal besar, lanjut Herwindo, berarti mereka harus berminggu-minggu atau berbulan-bulan. “Nah ini mungkin harus dipikirkan, tidak semua nelayan mau melakukannya,” tambah Herwindo. Ia menyarankan, sebaiknya pemerintah mengembangkan pola seperti bapak angkat. Tugasnya melakukan pendekatan dan merubah pola pikir para nelayan terkait dengan budaya tersebut.
Tanggapan serupa juga datang dari Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Yusuf Solichien. Ia mengatakan, sebaiknya bantuan kapal tersebut jangan langsung diberikan kepada nelayan. “Main set (pola pikir) dan budaya nelayan perlu diubah terlebih dahulu,” tegas Yusuf. Ia menambahkan, hal ini bisa dilakukan dengan menerjunkan penyuluh perikanan.
Untuk lebih mengefektifkan program ini para praktisi perikanan tersebut sama-sama mengusulkan agar KKP melakukan rembuk dengan mereka. Yusuf mengatakan, rembukkan ini bertujuan untuk menentukan konsep kapal yang pas untuk para nelayan di masing-masing daerah.
Menjawab tanggapan dari berbagai kalangan tersebut, Dedy mengakui budaya yang seperti itu memang ada di beberapa daerah. Namun, menurutnya, khusus untuk di luar Jawa terutama di kawasan timur budaya tersebut hampir tidak ada. Pihaknya akan melakukan pendidikan, pelatihan, dan percontohan dengan menggunakan pola akulturasi nelayan yang sudah biasa dengan yang belum biasa.
“Dalam upaya sosialisasi kita akan melakukan suatu kerjasama dengan instansi di pusat maupun daerah,” kata Dedy. Tidak ketinggalan, KKP akan memonitoring dan mengevaluasi terhadap kinerja operasional dan pengelolaan program ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar